Rumah adat batak ternyata mempunyai beragam jenis dan ciri khasnya masing-masing. Salah satu penyebab ada berbagai jenis rumah adat batak adalah ada banyaknya suku yang berada di Sumatera Utara. Adapun beberapa suku yang ada di Sumatera Utara, di antaranya, Suku Toba, Suku Mandailing, Suku Karo, Suku Simalungun, Suku Pakpak dan Suku Nias.
Banyaknya suku-suku batak bukan tanpa sebab. Hal ini karena Sumatera Utara menjadi provinsi nomor empat terbesar di Indonesia. Masing-masing suku batak memiliki hunian adatnya tersendiri. Dan setiap rumah adat tersebut juga mempunyai ciri dan makna filosofisnya.
GNET Indonesia akan mengajak Kamu untuk menjelajahi lebih jauh mengenai jenis-jenis rumah adat batak melalui artikel berikut ini:
1.Rumah Siwaluh Jabu
Source: Pariwisata Indonesia
Pertama ada rumah Siwaluh Jabu. Hunian adat ini merupakan khas dari suku Karo. Umumnya bangunan ini dihuni oleh delapan keluarga. Ciri khas dari rumah Siwaluh Jabu adalah pada bagian atap menggambarkan status sosial. Semakin besar dan rumit susunan atapnya, maka kian tinggi pula status sosial keluarga yang menghuni.
Saat proses pembangunan, akan ada proses ritualnya terdahulu. Misalnya seperti saat pemilihan kayu. Pada proses ini, kayu harus didoakan dahulu agar penghuni dari hunian adat tersebut akan dilimpahkan rezeki, dijauhi penyakit dan diberikan kesejahteraan.
Rumah Siwaluh Jabu mempunyai lorong utama yang akan diisi 8 sampai 12 keluarga secara berbaris. Pembagian ruangannya telah dikelola menurut adat.
Siwaluh Jabu menjadi hunian adat di Sumatera Utara dengan ukuran terbesar. Bahkan, tingginya mencapai 12 meter. Menariknya, Siwaluh Jabu dikonstruksi tanpa menggunakan paku sama sekali.
2.Rumah Adat Toba
Selanjutnya ada rumah adat Toba. Pada hunian ini akan terdapat 3-4 keluarga yang menghuni. Ini karena ukuran hunian tersebut cukup besar sehingga bisa diisi lebih dari 1 keluarga. Penghuni rumah ini masih mempunyai hubungan darah di antar satu keluarga dan keluarga lainnya.
Ciri khas dari rumah ini, yaitu berbentuk panggung dan memiliki kolong bawah hunian. Biasanya ruang kolong tersebut berfungsi untuk berternak hewan. Selain itu di bagian dalam hunian tidak ada sekat atau pembatas antar ruangan.
Rumah adat Toba terbagi dalam beberapa bagian, yaitu Jabu Bona, Jabu Soding, Jabu Suhat, Jabu Tonga-Tonga dan Jabu Tampar Piring.
3.Rumah Adat Nias
Jenis ketiga adalah rumah adat Nias. Bila dibandingkan dengan sebelumnya, rumah adat Nias punya ukuran yang lebih kecil. Tak cuma itu rhunian ini terbagi jadi dua, yaitu hunian Omo Sebua dan Omo Hada.
Keduanya punya peruntukkan yang berbeda. Omo Sebua dihuni oleh kepala suku, petinggi wilaya dan bangsawan. Sedangkan Rumah Omo Hada diperuntukkan pada warga biasa. Tinggi masing-masing hunian tersebut juga berbeda. Omo Sebua punya tinggi kolong mencapai 2-5 meter. Lalu. Omo Hada hanya memiliki tinggi 1-2 meter.
Ciri khas lain dari hunian ini, yaitu proses pembangunan yang memerlukan waktu sampai 4 tahun. Hal tersebut terjadi karena beberapa sebab. Mulai dari musyawarah perencanaan pembangunan sampai pemilihan material terbaik agar bangunan bisa tahan akan goncangan gempa.
4.Rumah Adat Bagas Godang
Rumah adat Bagas Godang berasal dari suku Batak Mandailing. Pada sejarahnya, hunian ini dipergunakan untuk tempat tinggal raja. Ciri khas dari hunian tersebut adalah bentuknya yang menyerupai persegi panjang. Atap rumah terbuat dari ilalang dan daun-daun kering dan dilengkapi dengan ornamen berbagai warna. Mulai dari hitam, merah dan putih.
Sama seperti pada hunian adat batak lainnya, Bagas Godang mempunyai pintu dan dinding yang terbuat dari kayu. Ketika pintu dibuka akan memberikan suara keras.
5.Rumah Adat Simalungun
Source: Rimbakita
Jenis rumah adat batak selanjutnya adalah rumah Simalungun. Ciri khas pada hunian ini ialah bentuk bangunannya yang menyerupai limas. Kolong bangunan juga akan dibuat dengan tinggi sekitar dua meter. Adapun tujuan dari tingginya kolong tersebut ialah guna menghindari serangan hewan liar, seperti babi hutan.
Dalam sejarahnya, hunian adat Simalungun mulai dibangun pada tahun 1939. Seiring berjalannya waktu penggunaan hunian ini pun menyebar ke seluruh daerah Simalungun dan menjadi rumah adat.
Keunikan lain dari hunian adat Simalungun, yaitu pintu yang dibuat dengan ukuran pendek. Hal ini bertujuan agar tamu yang datang mengunjungi akan menunduk menghormati penghuni rumah.
6.Rumah Adat Pakpak
Selanjutnya ada rumah adat Pakpak. Ciri khas utama dari hunian adat ini ialah bentuk bubungan atap yang melengkung. Hal tersebut mengandung filosofi berupa berani memikul risiko untuk mempertahankan adat istiadat. Selain itu ada pula dua tiang besar yang menopang bangunan. Tiang tersebut melambangkan kerukunan rumah tangga suami dan istri.
Jumlah anak tangga pada hunian adat pakpak melambangkan garis keturunan atau status sosial dari pemilih hunian. Bila pemilik hunian adalah keturunan raja, maka jumlah tangganya akan ganjil. Lalu, jika anak tangganya berjumlah genap artinya penghuni hunian hanya warga biasa.
7.Rumah Adat Bolon
Terakhir, ada rumah adat Bolon. Hunian ini punya ukuran yang relatif besar. Namun keunikan utama dari hunian adat tersebut, yakni jumlahnya yang hanya ada satu saja dalam suatu huta atau kampung. Hal tersebut disebabkan karena biaya konstruksi yang mahal.
Ciri khas pada hunian ini sama seperti Simalungun, pintu masuk hunian adat bolon dibuat pendek agar tamu menunduk dan menghormati penghuni.
Rumah Bolon mempunyai dekorasi yang dikenal dengan sebutan Gorga. Pada sudut hunian akan tersedia hiasan gajah yang memiliki arti untuk tolak bencana. Ada pula ornamen hewan kadal dan kepala singa yang berfungsi untuk menampik sihir dari luar.
Demikian jenis-jenis rumah adat batak dan ciri khasnya. Dari beberapa jenis tersebut adakah yang menarik perhatian Kamu untuk dijadikan referensi pada hunian saat ini? Mau tahu tips & trik menarik tentang hunian lainnya, langsung aja follow Instagram GNET Indonesia.