Stadion Gelora Bung Karno menjadi salah satu venue primadona untuk menyelenggarakan event-event nasional di Indonesia. Terakhir Stadion GBK menjadi tempat untuk memberlangsungkan laga persahabatan antara timnas Indonesia dengan timnas Argentina pada Senin (19/06).
Tim dengan predikat juara Piala Dunia pada tahun 2022 lalu ini hadir dengan skuat utama. Nama-nama bintang, seperti Julian Alvarez dari Manchester City, Alejandro Garnacho dari Manchester United dan Emiliano Martinez dari Aston Villa tampak bermain pada laga tersebut. Walau bermain tanpa bintang utama Lionel Messi, timnas Argentina tetap memenangkan laga ini dengan skor 2 - 0.
Riuhnya sorak-sorai suporter kedua kesebelasan sangat tampak di Stadion GBK. Hal ini karena Stadion GBK mampu menampung hingga 77.000 penonton. Ngomong-ngomong, sobat GNET udah tahu belum siapa sosok dibalik kemegahan Stadion GBK? Sosok tersebut adalah Friedrich Silaban.
Pada artikel kali ini, GNET Indonesia akan mengajak Kamu untuk tahu lebih dekat tentang siapa itu sosok Friedrich Silaban dan kisahnya dalam membuat rancangan Stadion Utama Gelora Bung Karno. Yuk, simak selengkapnya!
Siapa itu Friedrich Silaban?
Friedrich Silaban adalah pria kelahiran Dolok Sanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Tepatnya pada tanggal 16 Desember 1912. Friedrich sudah menggemari ilmu arsitektur sejak usia remaja.
Melihat potensi tersebut, sang ayah pun memasukkan Friedrich ke sekolah arsitektur di Bandung. Kini sekolah tersebut dikenal dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Berkat kecerdasan dan potensinya, beliau melanjutkan studinya ke sekolah jurusan arsitektur di Academie Van Bouwkunst, Amsterdam, Belanda di tahun 1950.
Setelah menamatkan kuliahnya di Belanda, beliau sempat menjajaki karier sebagai pegawai Kotapraja di Batavia (Jakarta). Dari sinilah namanya mulai dikenal dekat dengan para tokoh petinggi pembangunan Indonesia. Bahkan, Friedrich pun pada akhirnya menjadi sosok arsitek yang sangat dekat dengan Presiden Pertama Indonesia, yaitu Ir. Soekarno.
Hasil Karya Friedrich Silaban
Gelora Bung Karno bukan satu-satunya karya Friedrich Silaban. Beliau juga memprakarsai berbagai arsitektur lainnya. Berikut di antaranya:
- Universitas Nommensen, Medan (1982)
- Monumen Pembebasan Irian Barat, Jakarta (1963)
- Markas TNI Angkatan Udara, Jakarta (1962)
- Gedung Pola, Jakarta (1962)
- Gedung BNI 1946, Jakarta (1962)
- Monumen Nasional (Monas), Jakarta (1960)
- Gedung BLLD, Bank Indonesia, Jakarta (1960)
- Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta (1958)
- Gedung Bentol, Jawa Barat (1954)
- Bagian Gerbang Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta (1953)
- Kantor Dinas Perikanan, Bogor (1951)
- Tugu Khatulistiwa, Pontianak (1951)
Source: Dream.co.id
Bahkan karya paling fenomenal Friedrich Silaban adalah Masjid Istiqlal, Jakarta pada tahun 1954. Walau berkeyakinan Kristen Protestan, beliau tetap berdedikasi untuk menyelesaikan proyeknya tersebut.
Bung Karno Sempat Kesal dengan Friedrich Silaban
Meski Ir. Soekarno berhubungan sangat dekat dengan Silaban, bukan berarti keduanya tidak pernah berseteru. Misalnya, seperti pada saat rapat pembahasan kawasan pembangunan stadion GBK.
Mengutip dari Bisnis.com, pada saat rapat Bung Karno menginginkan GBK terletak di Dukuh Atas supaya lebih dekat dengan pusat kota. Namun, di lokasi tersebut nantinya kawasan GBK akan terbagi menjadi dua lokasi karena terpisah dengan jalan raya.
Bung Karno pun meminta tanggapan kepada Silaban mengenai hal demikian. Tetapi, Silaban menanggapinya secara berlawanan. Silaban menganggap bahwa hal ini sangat bodoh jika Bung Karno menyetujui rencana pembangunan GBK di kawasan Dukuh Atas.
Tanggapan tersebut bukan tanpa sebab, Silaban berpikir bila GBK berada di Dukuh Atas dan terbelah menjadi dua lokasi akan menyebabkan kemacetan yang luar biasa. Bung Karno sempat kesal dengan Silaban atas tanggapan yang dilontarkan tersebut.
Silaban merekomendasikan GBK dibangun pada lokasi di area luar kota, tapi terhubung dengan jalan raya sehingga bangunan ini cukup monumental untuk dikunjungi. Pada akhirnya terpilihlah kawasan Senayan.
Selain Senayan, kawasan Kemayoran juga dipilih. Akan tetapi kawasan Kemayoran masih didominasi dengan rawa. Jadi perlu biaya yang lebih mahal untuk pengurukan dan pembangunannya.
Setelah pembangunan GBK disepakati di daerah Senayan, pemancangan tiang pertama pun dilakukan pada 8 Februari 1960 yang dihadiri oleh Bung Karno dan Perdana Menteri Uni Soviet, Nikita Kruschev. Hadirnya Kruschev bukan tanpa sebab, hal tersebut karena Uni Soviet memberikan kredit lunak senilai $12,5 juta.
Source: GBK.ID
Pembangunan GBK pun awalnya dilakukan untuk penyelenggaraan gelaran Asian Games 1962. Kini GBK sudah menjadi ikon Kota Jakarta, serta Indonesia. Ragam perhelatan akbar banyak terlaksana di kawasan Gelora Bung Karno. Salah satunya adalah pertandingan persahabatan antara timnas sepakbola Indonesia dengan timnas sepakbola Argentina yang terlaksana kemarin (19/6).
Demikian ulasan tentang sosok Friedrich Silaban. Tokoh arsitek Indonesia dengan berbagai mahakaryanya. Mau tahu lebih banyak tentang hunian, dekorasi, dan arsitektur? Yuk, follow Instagram GNET Indonesia.