Hari Paskah adalah peringatan kebangkitan Yesus Kristus dari dosa dan kematian. Momen ini merupakan salah satu perayaan yang penting untuk umat kristiani. Peringatan Hari Paskah diselenggarakan setiap tahun.
Tepatnya pada bulan purnama ekuinoks di musim semi. Untuk tanggalnya sekitar 22 Maret - 25 April yang mana dapat berubah-ubah di setiap tahunnya. Hari Paskah menjadi hari kemenangan sang Yesus Kristus.
Yesus Kristus menebus dosa umat manusia dan meninggal di kayu salib. Paskah sendiri merupakan tiga hari sesudah Yesus Kristus meninggal dan bangkit menuju kehidupan yang kekal.
Salah satu venue perayaan Hari Paskah yang ada di Indonesia adalah Gereja Katedral Jakarta. GNET Indonesia akan mengajakmu mengintip, seperti apa indahnya arsitektur Gereja Katedral Jakarta beserta fakta menarik lainnya.
Jadi Venue Hari Paskah Begini Arsitektur Gereja Katedral Jakarta
Berikut penampilan arsitektur Gereja Katedral Jakarta yang bisa menjadi insight menarik untuk Kamu:
-
Sejarah
Pertama mari kita bahas tentang sejarah dari Gereja Katedral Jakarta. Mengutip dari website katedraljakarta, gereja ini telah diresmikan pada tahun 1901. Akan tetapi untuk proses pembangunannya sudah dilakukan sejak tahun 1800-an.
Gereja Katedral Jakarta mendapat persetujuan untuk berdiri dari Raja Louis Napoleon. Pada 8 Mei 1807, pimpinan Gereja Katolik di Roma pun mendirikan gereja ini. Hal tersebutlah mengapa Gereja Katedral Jakarta mempunyai desain arsitektur ala neo-gotik Eropa.
Pembangunan gereja dimulai saat Pastor Nelissen diangkat oleh Paus Pius VII. Pastor Nelissen menjadi prefek apostolik di Hindia Belanda pada tahun 1807. Di sinilah dirinya mempunyai misi untuk mendirikan gereja di Batavia (Jakarta).
Umat Katolik pun diberikan bangunan milik Gubernemen yang direnovasi menjadi gereja. Rumah ibadah ini mampu menampung 200 jemaat.
Sayangnya pada tahun 1826 terjadi peristiwa kebakaran yang menyebabkan gereja mengalami sedikit kerusakan. Akhirnya pihak gereja pun kembali memperoleh bangunan dan tanah seluas 34 x 15 meter persegi, melalui perantara Komisaris Jenderal Du Bus de Gisignies.
Pada tahun 1890 bangunan tersebut mengalami roboh. Selanjutnya pihak gereja pun melakukan renovasi kembali secara dua tahap yang mana membutuhkan waktu sedikitnya 10 tahun. Bangunan inilah yang menjadi cikal bakal dari Gereja Katedral Jakarta.
-
Konsep Arsitektur
Gereja Katedral Jakarta didesain oleh Pastor Jesuit dan Antonius Dijkman. Kedua sosok tersebut merancang arsitektur Gereja Katedral Jakarta dengan desain arsitektur Gothic Revival architecture atau dikenal Neo Gotik.
Neo Gotik adalah arsitektur yang terinspirasi dari aliran Gotik yang berasal dari Eropa pada pertengahan abad ke-12 sampai abad ke-16 M. Arsitektur ini memungkinkan bangunan berbentuk menjulang tinggi dan megah dengan membagi beban konstruksi secara efisien.
Arsitektur Neo Gotik mewarisi kultur Eropa dengan gaya arsitektur gereja-gereja megah yang masuk ke Indonesia. Contoh gereja dengan arsitektur megah lainnya adalah Katedral Santo Yohanes Den Bosch (Belanda) dan Katedral Cologne (Jerman).
-
Konstruksi Bangunan
Walau dirancang oleh desainer bangunan dari Eropa, konstruksi bangunan Gereja Katedral Jakarta tetap menggunakan bahan baku material yang ada di Indonesia. Adapun bahan baku material yang digunakan adalah bata merah.
Batu bata merah ini diplester dan dibentuk dipasang menyerupai material batu, seperti pada struktur konstruksi bangunan katedral bergaya Neo Gotik di Eropa. Hasil akhirnya pun terlihat tidak ada bedanya dengan bangunan katedral ala Eropa.
-
Terdapat Tiga Buah Menara
Gaya arsitektur yang menjadi ciri khas dari Gereja Katedral Jakarta adalah adanya menara yang menjulang tinggi ke arah langit. Apabila pada katedral ala Eropa lainnya terbuat dari material batu, menara Gereja Katedral Jakarta dibuat dari bahan material logam.
Terdapat tiga menara di Gereja. Dua menara memiliki tinggi 60 meter yang terletak di area depan gereja. Menara pertama bernama Benteng Daud (The Fort of David) sebagai representasi kekuatan raja melindungi rakyatnya. Lalu, menara kedua bernama Ivory yang menjadi simbol atas kesucian Bunda Maria.
Selanjutnya untuk menara ketiga dengan tinggi 45 meter memiliki nama menara Malaikat Allah (Angelus Dei). Posisinya berada di atas altar utama dari Gereja Katedral Jakarta.
-
Menjadi Situs Cagar Budaya
Terhitung sejak tanggal 4 Oktober 1999, Gereja Katedral Jakarta resmi menjadi bangunan cagar budaya nasional. Dari sini bisa diartikan bahwa bangunan ini telah menjadi harta kekayaan budaya Indonesia.
Setiap proses renovasi dan pemugaran yang dilakukan wajib memperhatikan aspek detail utama supaya tak merusak konstruksi utama dari bangunan katedral. Hal ini dilakukan untuk menjaga nilai alami dan ciri khas dari bangunan itu sendiri.
-
Terdapat Museum Gereja
Selain bangunan utama, juga terdapat museum Gereja Katedral Jakarta yang dibuka untuk khalayak umum. Museum tersebut diprakarsai oleh Pastor Kurris, Sj pada tahun 1991 berkat kecintaannya terhadap benda bersejarah.
Pada museum ini juga terdapat benda bersejarah yang berkaitan dengan perkembangan agama Katolik di Jakarta dan proses pembangunan Gereja Katedral Jakarta. Awal mula sejarah Keuskupan Agung Jakarta dari Prefektur Apostolik Batavia yang kini menjadi Vikariat Apostolik Batavia beserta foto para pejabatnya juga ada di museum ini.
Setiap pengunjung yang hadir tidak diperkenankan untuk menggunakan cahaya flash pada kamera maupun telepon genggam. Aturan ini diterapkan guna menjaga barang-barang tua dari kerusakan.
-
Jam Operasional
Gereja yang terletak di Jalan Katedral, Kec. Sawah Besar, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta ini buka setiap hari Senin, Selasa, Kamis, Jumat dan juga Sabtu pukul 08.00 - 20.00 WIB. Sedangkan untuk hari Minggu buka pukul 08.00 - 15.00 WIB.
Demikian ulasan untuk menyambut Hari Paskah dengan mengenal lebih dekat arsitektur dan serba-serbi tentang Gereja Katedral Jakarta. Bagaimana, tertarik untuk menjalankan Misa di Gereja Katedral Jakarta?
Temukan artikel mengenai konstruksi dan desain arsitektur lainnya dengan pantau terus website GNET Indonesia.